Kamis, 24 April 2014

-13- TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN BAYI BARU LAHIR



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Menurut hukum yang berlaku, bayi yang baru lahir merupakan individu yang belum dewasa sampai mencapai usia kematangan yang legal yang di Amerika saat ini mencapai usia 18 bulan. Menurut istilah medis bayi adalah seorang anak yang mudah usianya tetapi tidak ditetapkan batasan usia berapa individu tidak lagi tergolong bayi dan menjadi seorang anak.
            Banyak ahli psikologis yang menggunakan kata bayi seperti yang digunakan sebagai anggota propesi medis dan seperti halnya mereka, tidak berhasil menetapkan batas usia untuk masa bayi. Akibatnya, status periode ini dalam rentang kehidupan menjadi kabur.
         Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap anggota keluarga. Orang asing telah masuk dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah setiap anggota keluarga memangku peran baru dan memulai hubungan yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek, nenek pun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pasangan yang menikah. (Williams dan Leanman, 1973)
            Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orang tua menggambarkan tujuan yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri tehadap perkawinan biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi orang tua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran dalam menerima peran orang tua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya dan tidak realistis yang meromantiskan pengasuhan anak di dalam masyarakat kami (Fulcomer,1977). Menjadi orang tua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan bayi secara merugikan. Semakin meningkatnya biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap awal siklus kehidupan pengasuhan anak (Bradt,1988; Miller dan Myers-Walls,1983).

B.  Tujuan
Ø  Tujuan Umun :
Dengan adanya pengkajian yang dilakukan akan didapatkan data yang dapat menunjang timbulnya masalah dalam keluarga dengan tahap perkembangan anak baru lahir. Serta dengan adanya asuhan keperawatan yang akan diberikan akan dapat membantu dan mengurangi masalah-masalah yang timbul pada keluarga tersebut.
Ø  Tujuan Khusus :
·         Mengenal masalah kesehatan keluarga
·         Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
·         Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga.
·  Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga
·         Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat (misal, puskesmas, posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.


BAB II
TINJAUAN TEORI

Tugas perkembangan keluarga dengan anak baru lahir:
·         Mempesiapkan menjadi orang tua
·        Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan
·         Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya

Karakteristik keluarga dengan anak baru lahir :
1.      Perkembangan fisik
Rata-rata berat badan lahir 3400 g, panjang 50 cm.Sampai 10% berat lahir hilang dalam beberapa hari pertama, utamanya karena kehilangan cairan melalui pernapasan, uri, defekasi, dan penurunan pemasukan. Berat lahir akan naik kembali pada minggu kedua kehidupan, dan terjadi peningkatan secara bertahap dalam berat badan, tinggi badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pada bulan pertama, berat badan rata-rata meningkat 120-240 g per minggu, tinggi badan 0,6-2,5 cm, dan 2 cm dalam lingkar kepala.
Denyut jantung neonatus secara bertahap menurun dari denyut jantung janin 130 sampai 160 kali per menit turun menjadi 120 sampai 140 kali per menit. Rata-rata tekanan darah 74/46 mmHg. Rata-rata waktu pernapasan adalah 30 sampai 50 kali per menit. Karena neonatus bernapas melalui hidung, penting untuk menjaga saluran hidung bersih. Temperatur aksila berada dalam rentang antara 36oC sampai 37,5o C dan secara umum menjadi stabil dalam 24 jam setelah lahir.
Karakteristik fisik yang normal termasuk tetap adanya lanugopada kulit di bagian belakang ; sianosis pada tangan dan kaki, khususnya selama aktivitas ; dan abdomen yang lebih lembut dan menonjol.
Fungsi neorologis dikaji dengan mengobservasi tingkat aktivitas neonatus, kewaspadaan, iritabilitas, dan respon terhadap stimulus dan kehadiran  serta kekuatan dari refleks. Refleks normal termasuk berkedip dalam berespon terhadap cahaya yang terang dan gerakan terkejut dalam respon terhadap suara ribut yang tiba-tiba dan keras.
Karakteristik perilaku bayi baru lahir yang normal meliputi periode mengisap, menangis, tidur, dan beraktivitas.
2.      Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif yang awal mulai dengan perilaku bawaan, refleks, dan fungsi sensori. Bayi baru lahir memulai aktivitas refleks, menyesuaikan benda-benda yang baru ke dalam perilaku, dan mengakomodasikan perilaku ini untuk mencapai keinginan mereka. Fungsi sensori membantu perkembangan kognitif pada bayi baru lahir. Pada saat baru lahir, anak-anak dapat berfokus pada benda berjarak kira-kira 8 sampai 10 inci dari wajah mereka dan dapat melihat benda. Sistem auditorius dan vestibular berfungsi dari saat lahir. Kemampuan sensori ini memberikan neonatus untuk mengeluarkan stimulus lebih daripada hanya menerima stimulus. Orang tua harus diajarkan pentingnya memberikan stimulus sensori, misalnya berbicara dengan bayi mereka dan memegang mereka untuk melihat wajah mereka. Hal ini memungkinkan bayi untuk mencari atau mengambil stimulus, dengan demikian memperbesar pembelajaran dan peningkatan perkembangan kognitif.
Untuk neonatus menangis adalah komunikasi. Mereka menangis untuk suatu alasan, walaupun pada saatnya alasan ini sulit untuk ditentukan. Dengan bantuan perawat, orang tua belajar untuk mengenali arti tangisan bayi dan mengambil tindakan yang sesuai jika dibutuhkan.
3.      Perkembangan Psikososial
Selama bulan pertama kehidupan, orang tua dan bayi baru lahir normalnya membangun hubungan yang kuat yang tumbuh ke dalam kedekatan yang dalam. Interaksi selama perawatan rutin memperbesar atau memperkecil proses kedekatan. Tindakan menyusui, kebersihan, dan memberikan rasa nyaman sebanyak mungkin ketika bayi terjaga. Pengalaman interaksi ini memberi dasar untuk terjadi bentuk kedekatan yang dalam. Neonatus merupakan partisipan yang aktif dalam proses ini.
Jika orang tua atau anak-anak mengalami komplikasi kesehatan setelah lahir, hubungan dapat terganggu. Isyarat perilaku bayi mungkin lemah atau tidak ada. Perawatan dan pengasuh secara bersama kurang memuaskan. Rasa lelah, orang tua yang sakit memiliki kesulitan untuk mengartikan dan merespons bayi mereka.
4.      Emosi bayi (Neonatal)
Melihat tidak adanya koordinasi yang merupakan ciri dari aktifitas bayi neonatal, tidaklah masuk akal untuk mengharapkan emosi yang khusus, yang jelas, pada saat bayi dilahirkan. Reaksi emosional hanya dapat diuraikan sebagai keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang pertama ditandai oleh tubuh yang tenang dan yang kedua ditandai oleh tubuh yang tegang.
Ciri yang menonjol dari keadaan emosi adalah tidak adanya tingkatan reaksi yang menunjukkan tingkat intensitas yang berbeda. Apapun rangsangannya, yang dihasilkan adalah emosi yang kuat (intens) dan tiba-tiba.
5.      Kemampuan Belajar
Perkembangan otak dan saraf yang memungkinkan proses belajar belum terdapat pada bayi neonatal terutama pada hari-hari pertama kehidupan pascanatal. Bayi neonatal sering tidak mampu melakukan bentuk belajar yang sangat sedehana atau belajar melalui asosiasi. Kecuali situasi makan, reaksi yang berupa kebiasaan sulit diperoleh. Kalau reaksi ini tampak biasanya tidak stabil dan kurang bernilai.
6.      Bermain
Pola bermain yang umum dari masa bayi :
·     Sensomotorik : ini adalah bentuk permainan yang paling awal dan terdiri dari tendangan, gerakan-gerakan mengangkat tubuh, bergoyang-goyang, menggerak-gerakkan jari jemari tangan dan kaki, memanjat, berceloteh dan mengelinding.
·       Menjelajah : dengan berkembangnya koordinasi lengan dan tangan, bayi mulai mengamati tubuhnya dengan menarik rambut, menghisap jari tangan dan kaki, memasukkan jari-jari ke dalam pusar, dan memainkan alat kelamin. Mereka mengocok, membuang, membanting, menghisap dan menarik-narik mainan dan menjelajah dengan cara menarik, membanting dan merobek benda-benda yang dapat diraihnya.
·      Meniru : dlam tahun kedua, bayi mencoba meniru kelakuan orang-orang di sekitar mereka, seperti membaca majalah, menyapu lantai atau menulis dengan pensil atau krayon.
·      Berpura-pura : selama tahun kedua, kebanyakan bayi memberikan sifat kepada mainannya seperti sifat-sifat yang sesungguhnya. Boneka-boneka hewan diberi sifat hewan sungguhan sama halnya boneka atau mobil-mobilan dianggap seperti orang atau mobil.
·     Permainan : sebelum berusia satu tahun bayi memainkan permainan-permainan tradisional seperti ”Cilukba”, ”Petak umpet (sembunyi-sembunyian)” dsb. Biasanya dilakuakan bersama orang tua, nenek, atau kakak-kakak.
·    Hiburan : bayi senang dinyanyikan, diceritai, dan dibacakan dongeng-dongeng. Kebanyakan bayi menyenangi siaran radio dan televisi dan melihat gambar-gambar.

MASALAH ANAK BARU LAHIR
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak baru lahir meliputi bahaya fisik, bahaya fisiologis, dan bahaya psikologis.
1.      Bahaya Fisik
·         Kematian
Selama tahun pertama, kematian biasanya disebabkan oleh penyakit yang parah sedangkan dalam tahun kedua kematian lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan. Sepanjang masa bayi, lebih banyak anak laki-laki yang mati dari pada anak perempuan.

·         Penyakit
Meskipun benar bahwa banyak kematian dalam bulan-bulan pertama disebabkan karena penyakit gastrointestinal atau komplikasi pernapasan, tetapi jumlah kematian yang dulu disebabkan karena penyakit parah sekarang jauh berkurang karena sekarang bayi diberi suntikan dan vaksinasi untuk memperkebal tubuh terhadap penyakit yang dulu merupakan penyakit yang fatal.
Tetapi penyakit ringan seperti selesma dan gangguan pencernaan umum terjadi. Diagnosa yang tetap dan perawatan medis yang baik dapat mencegah akibat yang buruk. Tetapi kalau diabaikan, seperti yang terjadi dalam selesma, gangguan-gangguan yang lebih parah berkembang cepat, terutama radang telinga.
Penyakit yang lama dapat mengganggu pola pertumbuhan normal. Tidak semua bayi setelah sembuh dapat mengejar perkembangan pertumbuhannya.
Seberapa jauh pola pertumbuhan dipengaruhi oleh penyakit yang lama diderita sampai sekarang belum dapat ditentukan.
·         Kecelakaan
Pada tahun pertama kecelakaan tidak banyak terjadi karena bayi sangat terlindung dalam tempat tidur atau kereta tidurnya. Namun dalam tahun kedua pada saat bayi dapat bergerak lebih bebas dan tidak sangat dilindungi, kecelakaan lebih sering terjadi. Kecelakaan seperti luka memar dan luka garuk merupakan kecelakaan ringan dan tidak meninggalkan akibat yang permanen. Jenis lain seperti pukulan di kepala atau sobekan-sobekan merupakan kecelakaan yang cukup parah dan dapat meninggalkan bekas luka atau bahkan mengakibatkan akibat yang fatal. Tetapi kecelakaan ringan sekalipun dapat meninggalkan luka psikologis. Bayi sering menakuti situasi yang sama dengan situasi yang menimbulkan kecelakaan atau ia mengembangkan sikaf takut sebagai akibat seringnya mengalami kecelakaan.

·         Kurang Gizi
Kekurangan gizi yang dapat disebabkan karena kurang makan atau diet yang tidak seimbang, tidak saja dapat merusak pertumbuhan fisik tetapi juga merusak perkembangan mental. Hal ini dapat menyebabkan rintangan dalam pertumbuhan dan mengakibatkan cacat fisik seperti gigi busuk, kaki bengkak dan kecenderungan menderita banyak penyakit.
Karena otak tumbuh dan berkembang sangat cepat dalam masa bayi maka dapat sangat dipengaruhi oleh kurangnya gizi. Dua tahun pertama disebut periode kritis dalam pertumbuhan otak karena adanya peningkatan yang mencolok dalam perkembangan sel-sel otak pada masa ini, oleh karena itu merupakan periode dimana otak sangat rentan terhadap kerusakan. Kalau pada saat ini bayi menderita kekurangan gizi tidak dapat dijamin bahwa perkembangan selanjutnya akan berjalan normal.
Kalau pertumbuhan dan perkembangan otak terganggu anak tidak dapat mencapai potensi-potensi intelektualnya, sekalipun sudah menjadi lebih besar anak tidak dapat melakukan tugas-tugas intelektual yang seharusnya dapat dilakukan seandainya perkembangan yang normal tidak terganggu oleh rusaknya perkembangan otak karena kekurangan gizi.
2.      Bahaya Fisiologis
·         Kebiasaan Makan
Bayi yang menetek terlampau lama menunjukkan tanda-tanda tegang. Mereka lebih lama terlibat dalam kegiatan menghisap lainnya (seperti menghisap ibu jari), lebih banyak mengalami kesulitan tidur dan lebih gelisah dari pada bayi yang periode meneteknya lebih singkat. Kalau terlambat disapih bayi cenderung menolak jenis makanan yang baru dan cenderung menghisap ibu jari sebagai pengganti puting susu ibu. Bayi juga akan menolak makanan yang agak padat kalau makanan agak keras terlampau cepat diperkenalkan, bukan karena rasanya melainkan karena kekerasannya.


·         Kebiasaan Tidur
Menangis, permainan yang berat dengan orang dewasa, atau kegaduhan dapat membuat anak menjadi tegang dan sulit tidur. Jadwal tidur yang tidak memenuhi persyaratan membuat bayi tegang dan menolak tidur.
·         Kebiasaan Pembuangan
Kebiasaan ini tidak dapat dibentuk sebelum saraf dan otot-otot berkembang dengan baik. Mencoba melatih pembuangan terlampau awal membuat bayi tidak mau berkerja sama dalam membentuk kebiasaan ini kalau ia sudah matang nantinya. Sebaliknya, penundaan melatih pembuangan mengakibatkan kebiasaan yang tidak teratur dan kurangnya motivasi. Mengompol merupakan hal yang umum bila latihan bila tidak dilakukan sesuai dengan kesiapan perkembangan bayi.
3.   Bahaya Psikologis            
·         Bahaya dalam perkembangan motorik
      Kalau perkembangan motorik terlambat, bayi akan sangat dirugikan pada saat mulai bermain dengan teman-teman sebaya. Semakin banyak kelambatan dalam pengendalian motorik, akan semakin lambat ia memperoleh keterampilan yang dimiliki anak-anak lain. Lagi pula, karena keinginan mandiri sudah mulai berkembang pada awal tahun kedua, maka bayi yang perkembangan motoriknya terlambat akan merasa kecewa kalau gagal dalam usahanya melakukan sesuatu secara sendirian. Yang juga sangat mengganggu dalam penyesuaian diri anak adalah tekanan dari orang tua untuk mencapai pengendalian motorik dan untuk belajar keterampilan motorik sebelum ia cukup matang untuk melakukannya. Di bawah kondisi ini bayi sering mengembangkan sikap menolak dan negativistik yang akan melemahkan motivasinya dan menyebabkan tertunda mempelajari tugas-tugas yang seharusnya sudah dapat kuasai.
·         Bahaya Dalam Berbicara
      Kelambatan dalam berbicara, seperti halnya kelambtan dalam pengendalian motorik, menjadi serius dalam masa bayi karena pada masa ini diletakkan dasar-dasar untuk alat komunikasi yang nanti diperlukan kalau cakrawala sosial meluas. Dalam masa awal kanak-kanak, ketika minat terhadap orang-orang di luar rumah mulai timbul, anak yang mengalami kelambatan berbicara akan merasa dikucilkan. Kelambatan berbicara disebabkan karena beberapa hal, yang paling sering adalah intelegensi yang rendah, kurangnya perangsangan (terutama dalam tahun pertama) dan kelahiran kembar. Kalau orang tua atau pengasuh tidak merangsang anak untuk berceloteh  atau mencoba mulai bicara, maka kebanyakan  bayi akan kehilangan minat untuk mencoba bicara. Kelambatan bicara pada bayi kembar banyak dapat disebabkan karena kelambatan perkembangan yang merupakan ciri dari bayi tersebut atau karena bayi biasanya belajar saling berkomunikasi dengan bentuk prabicara.
·         Bahaya Emosi Yang Umum Pada Masa Bayi
-          Kurangnya kasih sayang
-          Tekanan
-          Terlampau banyak kasih sayang
-          Emosi yang kuat
·         Bahaya Sosial
      Bahaya sosial yang utama adalah kurangnya kesempatan dan motivasi untuk belajar menjadi sosial. Ini mendorong lambatnya sifat-sifat egosentris berlangsung, yang merupakan ciri dari setiap bayi, dan mengakibatkan perkembangan sikaf introvert. Kurangnya kesempatan untuk kontak sosial dalam setiap usia akan mengganggu, terutama dari usia 6 minggu sampai 6 bulan yang merupakan saat keritis dalam pengembangan sikap yang mempengaruhi pola sosialisasi. Meskipun sikap sosial dapat dan memang berubah, banyak individu yang membentuk sikap sosial yang kurang baik pada saat bayi akan terus bersikap kurang sosial kalau besar nanti.
·         Bahaya Bermain
Bermain pada masa bayi merupakan bahaya potensial, baik secara fisik maupun psikologis. Banyak mainan dapat menimbulkan goresan, memar atau menyebabkan bayi tercekik karena ada bagian yang lepas. Bahaya psikologis yang utama adalah bahwa bayi sangat bergantung pada mainan untuk memperoleh hiburan dan tidak belajar bermain yang melibatkan interaksi dengan orang-orang lain. Televisi, yang digunakan pengganti pengasuh, tidak mendorong anak untuk memainkan peran aktif dalam bermain.
·         Bahaya dalam Pengertian
Meskipun pengertian merupakan tahap perkembangan yang masih sangat sederhana namun dapat merupakan bahaya psikologis yang bahaya. Dalam perkembangan konsep, relatif mudah untuk memperbaiki konsep yang salah tentang orang, benda atau situasi dengan konsep yang benar. Tetapi, semua konsep mempunyai bobot emosi, dan disinilah letak bahayanya. Kalau, misalnya, bayi belajar mengasosiasikan kembang gula dengan perilaku yang baik dan menganggap sayur-sayuran sebagai bentuk hukuman, bobot emosi dari konsep ini akan mengakibatkan suka atau tidak terhadap jenis makanan.
·         Bahaya Moralitas
Bahaya psikologis yang serius untuk perkembangan moral di masa depan terjadi bila bayi mendapatkan bahwa ia lebih banyak memperoleh perhatian kalau ia melakukan sesuatu yang mengganggu atau melawan orang lain daripada kalau melakukan tindakan yang lebih diterima.
·         Bahaya Hubungan Keluarga pada Masa Bayi
-          Perpisahan dengan Ibu
-          Gagal mengembangkan perilaku akrab
-          Merosotnya hubungan keluarga
-          Terlampau melindungi
-          Latihan yang tidak konsisten
-          Penganiayaan anak           

PERANAN PERAWAT
Ada beberapa peran perawat yang bisa dilakukan pada keluarga dengan tahap perkembangan anak baru lahir :
  1. Memberikan bantuan kepada Ny.A bagaimana cara perawatan bayi termasuk imunisasi.
  2. Memberi pengetahuan kepada Ny.A tentang Perawatan payudara yang baik untuk memperlancar produksi ASI.
  3. Memberikan pelayanan Postnatal Care.
  4. Memberikan konseling tentang KB,dll

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat, yaitu data yang berhubungan dengan keluarga dan anak.
·         Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga :
  1. Identitas
Ø  Nama Kepala Keluarga     : Bpk. F
Ø  Jenis Kelamin / usia           : Laki-laki/ 27 Tahun
Ø  Pekerjaan                           : Tani
Ø  Pendidikan                                    : SMA
Ø  Alamat                              : Simpang Timbangan, Indralaya
Ø  Komposisi Keluarga          :
No.
Nama
JK
Hubungan Keluarga
Umur
Pendidikan
Pekerjaan


1
Ny.A
P
Istri
25 th
SMA
Ibu RT

2
An.W
L
Anak
3 Bulan
-
-



Ø  Tipe Keluarga                                : Keluarga ini adalam keluarga inti
Ø  Suku Bangsa                                 : Suku Ogan
Ø  Agama                                           : Islam.
Ø  Status Sosial Ekonomi      : Pencari nafkah adalah Bpk. F dan Ny. A hanya sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengurus rumah dan mengasuh anak mereka yang baru lahir.     
Ø  Aktivitas Keluarga                        : Keluarga tidak pernah melakukan aktivitas lain selain bekerja.

  1. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Ø  Tahap Perkembangan keluarga saat ini
      Tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir
Ø  Tugas Perkembangan yang sudah dilakukan
·         Menjadi orang tua yang baik
·         Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
Ø  Riwayat Kesehatan Keluarga
      Keluarga Bpk. F termasuk Ny. A dan An.W tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius.
Ø  Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
      Keluarga Bpk. F tidak memiliki masalah kesehatan yang cukup berarti.

  1. Lingkungan
Ø  Karakteristik Rumah
      Rumah Bpk. F terdiri dari satu kamar mandi, dua kamar tidur, dan satu dapur serta satu ruang tamu. Lantai rumah cukup bersih terbuat dari semen dan dinding terbuat dari papan serta batu bata. Atap rumah terbuat dari seng dan belum mempunyai plapon sehingga terasa panas. Halaman rumah tampak bersih. sumber air berasal dari sumur.
Ø  Karakteristik Tetangga dan Komunitas
      Keluarga Bpk. F baru satu setengah tahun tinggal di sana sehingga belum begitu mengenal tetangganya tetapi Ny.A cukup baik dalam bersosialisasi dengan tetangganya.
Ø  Mobilitas Geografis Keluarga
      Keluarga Bpk. F  baru satu setengah tahun tinggal di sp. Timbangan Indralaya, sebelum menikah mereka tinggal di rumah orang tua masing-masing.
Ø  Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
      Keluarga Bpk.F tidak aktif mengikuti kegiatan dalam masyarakat karena Bpk.F mempunyai kesibukan yang banyak menyita waktunya dan perasaan lelah setelah pulang bekerja.
Ø  Sistem Pendukung Keluarga
      Ibu dari Bpk.F sekali-kali mengunjungi dan mengasuh An.W.

  1. Struktur Keluarga
Ø  Struktur Peran
      Bpk. F adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai petani yang bekerja dari pagi sampai siang bahkan bisa sampai sore. Ny. A adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang bertugas mengurus rumah dan mengasuh anak mereka. Dalam menjalankan peran masing-masing anggota keluarga tidak ada masalah.
Ø  Nilai dan Norma Keluarga
      Keluaraga Bpk.F menerapkan aturan sesuai dengan ajaran agama islam karena keluarga ini mengajarkan kepada anggota keluarga untuk membaca doa sebelum makan dan harus mencuci tangan sebelum makan serta menjaga kebersihan anak bayi mereka.
Ø  Pola Komunikasi Keluarga
      Pola komunikasi yang digunakan dalam keluarga Bpk.F adalah komunikasi terbuka setiap anggota keluarga bila ada masalah maka Bpk. F dan Ny.A akan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Ø  Struktur Kekuatan Keluarga
      Pemegang keputusan pada keluarga Bpk.F adalah Bpk.F. Namun, tetap saja berkomunikasi atau meminta pendapat dengan Ny.A
  1. Fungsi Keluarga
Ø  Fungsi Ekonomi
Bpk.F bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga Bpk.F juga memiliki tabungan untuk keperluan anak sekolah dan keperluan mendadak.
Ø  Fungsi Status Sosial
      Keluarga Bpk.F adalah keluarga biasa yang tidak mempunyai peran dalam kegiatan dan struktur organisasi yang ada dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan mereka adalah keluarga baru dan juga disebabkan oleh kesibukan pekerjaan dan mengasuh anak.
Ø  Fungsi Pendidikan
      Pendidikan Bpk.F dan Ny.A hanya sebatas SMA namun.
Ø  Fungsi Sosialisasi
            Setiap anggota keluarga memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anggota keluarga yang lain. Tanggung jawab mengurus anak merupakan tanggung jawab bersama terutama oleh Bpk.F dan Ny.A. ketika malam hari Bpk.F suka mengajak an.W bermain dan mengobrol. Akan tetapi, Bpk.F dan Ny.A jarang bahkan mungkin tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Ø  Fungsi Pemenuhan (Perawatan/ Pemeliharaan) Kesehatan
·         Mengenal Masalah Kesehatan
            Ny.A mengatakan apabila Ny.A, Bpk.F, bayi mereka sakit mereka selalu membawa ke puskesmas atau ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
·         Kemampuan Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
            Keluarga Bpk.F sudah mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Ø  Fungsi Religius
            Keluarga Bpk.F menjalankan sholat tetapi tidak 5 waktu. Keluarga Bpk.F tidak aktif mengikuti kegiatan pengajian yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
Ø  Fungsi Rekreasi
            Keluarga Bpk.F tidak ada jadwal atau rencana khusus untuk berekreasi karena keterbatasan masalah ekonomi dan waktu, keluarga Bpk.F juga tidak terlalu senang untuk keluar rumah, mereka lebih senang tinggal diam di rumah.
Ø  Fungsi Reproduksi
            Keluarga Bpk.F mempunyai 1 orang anak kandung yang masih berusia 1 bulan. Keluarga ini tidak mempunyai masalah pada fungsi refroduksi.
Ø  Fungsi Afeksi
            Semua anggota keluarga Bpk.F saling menyayangi satu sama lain, jika ada yang sakit atau mengalami kesusahan maka anggota keluarga akan saling membantu.

  1. Stress dan Koping Keluarga
Ø  Stres Jangka Pendek
      Keluarga Bpk.F berharap An.W dapat tumbuh sehat seperti anak lain yang seusia dengan An.W tersebut dan mereka berharap juga agar anggota keluarga yang lain dapat sehat.
Ø  Stres Jangka Panjang
      Keluarga Bpk.F berharap agar An.W nantinya dapat menjadi anak yang sehat serta dapat memenuhi dan melakukan kebutuhan untuk dirinya sendiri tanpa melibatkan oarang lain.
Ø  Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
      Jika ada masalah keluarga maka Bpk.F dan Ny.A selalu membahas masalah tersebut secara bersama-sama.
Ø  Strategi Koping yang Digunakan
      Bpk.F mengatakan jika ada masalah Beliau selalu membahas bersama istrinya Ny.A sehingga masukan dari Ny.A tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah.
Ø  Strategi Adaptasi Disfungsional
      Dari pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah secara maladaftif.

·         Pengkajian yang berhubungan dengan Anak baru lahir
1.      Identitas Anak
Ø  Nama                     : An.W
Ø  Usia                       : 3 Bulan
Ø  Jenis kelamin         : Laki-laki
Ø  Berat badan           : 4500 gr
Ø  Panjang Badan      : 65 cm

DIAGNOSA KEPERAWTAN YANG MUNGKIN TIMBUL
1.      Kecemasan keluarga Bpk.F berhubungan dengan Perubahan peran menjadi orang tua pada Bpk.F dan Ny.A
2.      Ketidakefektifan menyusui pada Ny.A berhubungan dengan kurangnya produksi ASI pada Ny.A
3.      Gangguan pola tidur pada keluarga Bpk.A berhubungan dengan kehadiran anggota keluarga baru sehingga sering terbangun pada malam hari.

Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Ø  Kecemasan keluarga Bpk.F berhubungan dengan Perubahan peran menjadi orang tua pada Bpk.F dan Ny.A
Ø  Anggota keluarga menunjukkan tinggkat kecemasan yang minimal
Ø  Dapat menjalankan peranan sebagai orang tua dengan baik.
Ø Bicarakan tekhnik positif menjadi orang tua.
Ø Berikan kepada keluarga tentang informasi kebutuhan perkembangan dan perilaku problematik sesuai kelompok usia
Ø Gali harapan orang tua kepada anak dan bedakan antara yang realistis dengan yang tidak realistis.

Ø  Ketidakefektifan menyusui pada Ny.A berhubungan dengan kurangnya produksi ASI pada Ny.A
Ø  Dapat menyusui secara efektif dengan lancarnya produksi ASI pada Ny.A
Ø Ajarkan kepada Ny.A tekhnik perawatan payudara.
Ø Anjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi yang adekuat.
Ø Anjurkan Ibu untuk minum banyak cairan.

Ø  Gangguan pola tidur pada keluarga Bpk.A berhubungan dengan kehadiran anggota keluarga baru sehingga sering terbangun pada malam hari
Ø  Keluarga Bpk. F dapat mengatur jadwal aktivitas dalam mengurus an.W
Ø Anjurkan Ibu untuk istirahat ng cukup.
Ø Jelaskan pada keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk mengatasinya.
Ø Tetapkan bersama keluarga suatu jadwal untuk program aktivitas selam 24 jam.



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik  Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC.
Suprajidno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga (Aplikasi dalam Praktik). Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC


0 komentar: