BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menurut hukum yang
berlaku, bayi yang baru lahir merupakan individu yang belum dewasa sampai
mencapai usia kematangan yang legal yang di Amerika saat ini mencapai usia 18
bulan. Menurut istilah medis bayi adalah seorang anak yang mudah usianya tetapi
tidak ditetapkan batasan usia berapa individu tidak lagi tergolong bayi dan
menjadi seorang anak.
Banyak ahli
psikologis yang menggunakan kata bayi seperti yang digunakan sebagai anggota
propesi medis dan seperti halnya mereka, tidak berhasil menetapkan batas usia
untuk masa bayi. Akibatnya, status periode ini dalam rentang kehidupan menjadi
kabur.
Kedatangan bayi
dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap anggota
keluarga. Orang asing telah masuk dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan
tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah setiap anggota keluarga memangku peran
baru dan memulai hubungan yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja
dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek, nenek pun lahir. Istri sekarang
harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan
sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh
kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pasangan
yang menikah. (Williams dan Leanman, 1973)
Oleh sebab itu,
meskipun kedudukan sebagai orang tua menggambarkan tujuan yang teramat penting
bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai perubahan hidup
yang sangat sulit. Penyesuaian diri tehadap perkawinan biasanya tidak sesulit
penyesuaian terhadap menjadi orang tua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua
merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan
perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran dalam menerima
peran orang tua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk
menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya dan tidak realistis yang
meromantiskan pengasuhan anak di dalam masyarakat kami (Fulcomer,1977). Menjadi
orang tua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan
kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan dan hubungan
orang tua dan bayi secara merugikan. Semakin meningkatnya biaya perawatan dan
memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap awal siklus
kehidupan pengasuhan anak (Bradt,1988; Miller dan Myers-Walls,1983).
B. Tujuan
Ø Tujuan Umun :
Dengan adanya pengkajian yang dilakukan akan didapatkan
data yang dapat menunjang timbulnya masalah dalam keluarga dengan tahap perkembangan
anak baru lahir. Serta dengan adanya asuhan keperawatan yang akan diberikan
akan dapat membantu dan mengurangi masalah-masalah yang timbul pada keluarga
tersebut.
Ø Tujuan Khusus :
·
Mengenal masalah kesehatan
keluarga
·
Memutuskan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga
·
Melakukan tindakan perawatan
kesehatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan
fungsi tubuh, dan keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan
keluarga.
· Memelihara dan memodifikasi
lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga dapat meningkatkan
kesehatan keluarga
·
Memanfaatkan sumber daya yang
ada dalam masyarakat (misal, puskesmas, posyandu, atau sarana kesehatan lain)
untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tugas perkembangan keluarga dengan anak baru lahir:
·
Mempesiapkan
menjadi orang tua
· Adaptasi
dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual,
dan kegiatan
·
Mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya
Karakteristik keluarga dengan anak baru lahir :
1. Perkembangan fisik
Rata-rata berat badan lahir
3400 g, panjang 50 cm.Sampai 10% berat lahir hilang dalam beberapa hari
pertama, utamanya karena kehilangan cairan melalui pernapasan, uri, defekasi,
dan penurunan pemasukan. Berat lahir akan naik kembali pada minggu kedua
kehidupan, dan terjadi peningkatan secara bertahap dalam berat badan, tinggi
badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pada bulan pertama, berat badan
rata-rata meningkat 120-240 g per minggu, tinggi badan 0,6-2,5 cm, dan 2 cm
dalam lingkar kepala.
Denyut jantung neonatus secara
bertahap menurun dari denyut jantung janin 130 sampai 160 kali per menit turun
menjadi 120 sampai 140 kali per menit. Rata-rata tekanan darah 74/46 mmHg.
Rata-rata waktu pernapasan adalah 30 sampai 50 kali per menit. Karena neonatus
bernapas melalui hidung, penting untuk menjaga saluran hidung bersih.
Temperatur aksila berada dalam rentang antara 36oC sampai 37,5o C dan secara
umum menjadi stabil dalam 24 jam setelah lahir.
Karakteristik fisik yang
normal termasuk tetap adanya lanugopada kulit di bagian belakang ; sianosis
pada tangan dan kaki, khususnya selama aktivitas ; dan abdomen yang lebih
lembut dan menonjol.
Fungsi neorologis dikaji dengan
mengobservasi tingkat aktivitas neonatus, kewaspadaan, iritabilitas, dan respon
terhadap stimulus dan kehadiran serta
kekuatan dari refleks. Refleks normal termasuk berkedip dalam berespon terhadap
cahaya yang terang dan gerakan terkejut dalam respon terhadap suara ribut yang
tiba-tiba dan keras.
Karakteristik perilaku bayi
baru lahir yang normal meliputi periode mengisap, menangis, tidur, dan
beraktivitas.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif yang
awal mulai dengan perilaku bawaan, refleks, dan fungsi sensori. Bayi baru lahir
memulai aktivitas refleks, menyesuaikan benda-benda yang baru ke dalam
perilaku, dan mengakomodasikan perilaku ini untuk mencapai keinginan mereka.
Fungsi sensori membantu perkembangan kognitif pada bayi baru lahir. Pada saat
baru lahir, anak-anak dapat berfokus pada benda berjarak kira-kira 8 sampai 10
inci dari wajah mereka dan dapat melihat benda. Sistem auditorius dan
vestibular berfungsi dari saat lahir. Kemampuan sensori ini memberikan neonatus untuk mengeluarkan stimulus lebih
daripada hanya menerima stimulus. Orang tua harus diajarkan pentingnya
memberikan stimulus sensori, misalnya berbicara dengan bayi mereka dan memegang
mereka untuk melihat wajah mereka. Hal ini memungkinkan bayi untuk mencari atau
mengambil stimulus, dengan demikian memperbesar pembelajaran dan peningkatan
perkembangan kognitif.
Untuk neonatus menangis adalah
komunikasi. Mereka menangis untuk suatu alasan, walaupun pada saatnya alasan
ini sulit untuk ditentukan. Dengan bantuan perawat, orang tua belajar untuk
mengenali arti tangisan bayi dan mengambil tindakan yang sesuai jika
dibutuhkan.
3. Perkembangan Psikososial
Selama bulan pertama
kehidupan, orang tua dan bayi baru lahir normalnya membangun hubungan yang kuat
yang tumbuh ke dalam kedekatan yang dalam. Interaksi selama perawatan rutin
memperbesar atau memperkecil proses kedekatan. Tindakan menyusui, kebersihan,
dan memberikan rasa nyaman sebanyak mungkin ketika bayi terjaga. Pengalaman
interaksi ini memberi dasar untuk terjadi bentuk kedekatan yang dalam. Neonatus
merupakan partisipan yang aktif dalam proses ini.
Jika orang tua atau anak-anak
mengalami komplikasi kesehatan setelah lahir, hubungan dapat terganggu. Isyarat
perilaku bayi mungkin lemah atau tidak ada. Perawatan dan pengasuh secara
bersama kurang memuaskan. Rasa lelah, orang tua yang sakit memiliki kesulitan
untuk mengartikan dan merespons bayi mereka.
4. Emosi bayi (Neonatal)
Melihat tidak adanya
koordinasi yang merupakan ciri dari aktifitas bayi neonatal, tidaklah masuk
akal untuk mengharapkan emosi yang khusus, yang jelas, pada saat bayi
dilahirkan. Reaksi emosional hanya dapat diuraikan sebagai keadaan yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan. Yang pertama ditandai oleh tubuh yang tenang dan yang
kedua ditandai oleh tubuh yang tegang.
Ciri yang menonjol dari
keadaan emosi adalah tidak adanya tingkatan reaksi yang menunjukkan tingkat
intensitas yang berbeda. Apapun rangsangannya, yang dihasilkan adalah emosi
yang kuat (intens) dan tiba-tiba.
5. Kemampuan Belajar
Perkembangan otak dan saraf
yang memungkinkan proses belajar belum terdapat pada bayi neonatal terutama
pada hari-hari pertama kehidupan pascanatal. Bayi neonatal sering tidak mampu
melakukan bentuk belajar yang sangat sedehana atau belajar melalui asosiasi. Kecuali
situasi makan, reaksi yang berupa kebiasaan sulit diperoleh. Kalau reaksi ini
tampak biasanya tidak stabil dan kurang bernilai.
6. Bermain
Pola bermain yang umum dari
masa bayi :
· Sensomotorik
: ini adalah bentuk permainan yang paling awal dan terdiri dari tendangan,
gerakan-gerakan mengangkat tubuh, bergoyang-goyang, menggerak-gerakkan jari
jemari tangan dan kaki, memanjat, berceloteh dan mengelinding.
· Menjelajah
: dengan berkembangnya koordinasi lengan dan tangan, bayi mulai mengamati
tubuhnya dengan menarik rambut, menghisap jari tangan dan kaki, memasukkan
jari-jari ke dalam pusar, dan memainkan alat kelamin. Mereka mengocok,
membuang, membanting, menghisap dan menarik-narik mainan dan menjelajah dengan
cara menarik, membanting dan merobek benda-benda yang dapat diraihnya.
· Meniru
: dlam tahun kedua, bayi mencoba meniru kelakuan orang-orang di sekitar mereka,
seperti membaca majalah, menyapu lantai atau menulis dengan pensil atau krayon.
· Berpura-pura
: selama tahun kedua, kebanyakan bayi memberikan sifat kepada mainannya seperti
sifat-sifat yang sesungguhnya. Boneka-boneka hewan diberi sifat hewan sungguhan
sama halnya boneka atau mobil-mobilan dianggap seperti orang atau mobil.
· Permainan
: sebelum berusia satu tahun bayi memainkan permainan-permainan tradisional
seperti ”Cilukba”, ”Petak umpet (sembunyi-sembunyian)” dsb. Biasanya dilakuakan
bersama orang tua, nenek, atau kakak-kakak.
· Hiburan
: bayi senang dinyanyikan, diceritai, dan dibacakan dongeng-dongeng. Kebanyakan
bayi menyenangi siaran radio dan televisi dan melihat gambar-gambar.
MASALAH ANAK BARU LAHIR
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak baru
lahir meliputi bahaya fisik, bahaya fisiologis, dan bahaya psikologis.
1. Bahaya Fisik
·
Kematian
Selama tahun pertama, kematian
biasanya disebabkan oleh penyakit yang parah sedangkan dalam tahun kedua
kematian lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan. Sepanjang masa bayi, lebih
banyak anak laki-laki yang mati dari pada anak perempuan.
·
Penyakit
Meskipun benar bahwa banyak
kematian dalam bulan-bulan pertama disebabkan karena penyakit gastrointestinal
atau komplikasi pernapasan, tetapi jumlah kematian yang dulu disebabkan karena
penyakit parah sekarang jauh berkurang karena sekarang bayi diberi suntikan dan
vaksinasi untuk memperkebal tubuh terhadap penyakit yang dulu merupakan penyakit
yang fatal.
Tetapi penyakit ringan seperti
selesma dan gangguan pencernaan umum terjadi. Diagnosa yang tetap dan perawatan
medis yang baik dapat mencegah akibat yang buruk. Tetapi kalau diabaikan,
seperti yang terjadi dalam selesma, gangguan-gangguan yang lebih parah
berkembang cepat, terutama radang telinga.
Penyakit yang lama dapat
mengganggu pola pertumbuhan normal. Tidak semua bayi setelah sembuh dapat
mengejar perkembangan pertumbuhannya.
Seberapa jauh pola pertumbuhan
dipengaruhi oleh penyakit yang lama diderita sampai sekarang belum dapat
ditentukan.
·
Kecelakaan
Pada tahun pertama kecelakaan
tidak banyak terjadi karena bayi sangat terlindung dalam tempat tidur atau
kereta tidurnya. Namun dalam tahun kedua pada saat bayi dapat bergerak lebih
bebas dan tidak sangat dilindungi, kecelakaan lebih sering terjadi. Kecelakaan
seperti luka memar dan luka garuk merupakan kecelakaan ringan dan tidak
meninggalkan akibat yang permanen. Jenis lain seperti pukulan di kepala atau
sobekan-sobekan merupakan kecelakaan yang cukup parah dan dapat meninggalkan
bekas luka atau bahkan mengakibatkan akibat yang fatal. Tetapi kecelakaan
ringan sekalipun dapat meninggalkan luka psikologis. Bayi sering menakuti
situasi yang sama dengan situasi yang menimbulkan kecelakaan atau ia
mengembangkan sikaf takut sebagai akibat seringnya mengalami kecelakaan.
·
Kurang
Gizi
Kekurangan gizi yang dapat
disebabkan karena kurang makan atau diet yang tidak seimbang, tidak saja dapat
merusak pertumbuhan fisik tetapi juga merusak perkembangan mental. Hal ini
dapat menyebabkan rintangan dalam pertumbuhan dan mengakibatkan cacat fisik
seperti gigi busuk, kaki bengkak dan kecenderungan menderita banyak penyakit.
Karena otak tumbuh dan
berkembang sangat cepat dalam masa bayi maka dapat sangat dipengaruhi oleh
kurangnya gizi. Dua tahun pertama disebut periode
kritis dalam pertumbuhan otak karena adanya peningkatan yang mencolok dalam
perkembangan sel-sel otak pada masa ini, oleh karena itu merupakan periode
dimana otak sangat rentan terhadap kerusakan. Kalau pada saat ini bayi
menderita kekurangan gizi tidak dapat dijamin bahwa perkembangan selanjutnya
akan berjalan normal.
Kalau pertumbuhan dan
perkembangan otak terganggu anak tidak dapat mencapai potensi-potensi
intelektualnya, sekalipun sudah menjadi lebih besar anak tidak dapat melakukan
tugas-tugas intelektual yang seharusnya dapat dilakukan seandainya perkembangan
yang normal tidak terganggu oleh rusaknya perkembangan otak karena kekurangan
gizi.
2. Bahaya Fisiologis
·
Kebiasaan
Makan
Bayi yang menetek terlampau
lama menunjukkan tanda-tanda tegang. Mereka lebih lama terlibat dalam kegiatan
menghisap lainnya (seperti menghisap ibu jari), lebih banyak mengalami
kesulitan tidur dan lebih gelisah dari pada bayi yang periode meneteknya lebih
singkat. Kalau terlambat disapih bayi cenderung menolak jenis makanan yang baru
dan cenderung menghisap ibu jari sebagai pengganti puting susu ibu. Bayi juga
akan menolak makanan yang agak padat kalau makanan agak keras terlampau cepat
diperkenalkan, bukan karena rasanya melainkan karena kekerasannya.
·
Kebiasaan
Tidur
Menangis, permainan yang berat
dengan orang dewasa, atau kegaduhan dapat membuat anak menjadi tegang dan sulit
tidur. Jadwal tidur yang tidak memenuhi persyaratan membuat bayi tegang dan
menolak tidur.
·
Kebiasaan
Pembuangan
Kebiasaan ini tidak dapat
dibentuk sebelum saraf dan otot-otot berkembang dengan baik. Mencoba melatih
pembuangan terlampau awal membuat bayi tidak mau berkerja sama dalam membentuk
kebiasaan ini kalau ia sudah matang nantinya. Sebaliknya, penundaan melatih
pembuangan mengakibatkan kebiasaan yang tidak teratur dan kurangnya motivasi.
Mengompol merupakan hal yang umum bila latihan bila tidak dilakukan sesuai
dengan kesiapan perkembangan bayi.
3. Bahaya Psikologis
·
Bahaya
dalam perkembangan motorik
Kalau perkembangan motorik
terlambat, bayi akan sangat dirugikan pada saat mulai bermain dengan
teman-teman sebaya. Semakin banyak kelambatan dalam pengendalian motorik, akan
semakin lambat ia memperoleh keterampilan yang dimiliki anak-anak lain. Lagi
pula, karena keinginan mandiri sudah mulai berkembang pada awal tahun kedua,
maka bayi yang perkembangan motoriknya terlambat akan merasa kecewa kalau gagal
dalam usahanya melakukan sesuatu secara sendirian. Yang juga sangat mengganggu
dalam penyesuaian diri anak adalah tekanan dari orang tua untuk mencapai
pengendalian motorik dan untuk belajar keterampilan motorik sebelum ia cukup
matang untuk melakukannya. Di bawah kondisi ini bayi sering mengembangkan sikap
menolak dan negativistik yang akan melemahkan motivasinya dan menyebabkan
tertunda mempelajari tugas-tugas yang seharusnya sudah dapat kuasai.
·
Bahaya
Dalam Berbicara
Kelambatan dalam berbicara,
seperti halnya kelambtan dalam pengendalian motorik, menjadi serius dalam masa
bayi karena pada masa ini diletakkan dasar-dasar untuk alat komunikasi yang
nanti diperlukan kalau cakrawala sosial meluas. Dalam masa awal kanak-kanak,
ketika minat terhadap orang-orang di luar rumah mulai timbul, anak yang
mengalami kelambatan berbicara akan merasa dikucilkan. Kelambatan berbicara
disebabkan karena beberapa hal, yang paling sering adalah intelegensi yang
rendah, kurangnya perangsangan (terutama dalam tahun pertama) dan kelahiran
kembar. Kalau orang tua atau pengasuh tidak merangsang anak untuk
berceloteh atau mencoba mulai bicara,
maka kebanyakan bayi akan kehilangan
minat untuk mencoba bicara. Kelambatan bicara pada bayi kembar banyak dapat
disebabkan karena kelambatan perkembangan yang merupakan ciri dari bayi tersebut
atau karena bayi biasanya belajar saling berkomunikasi dengan bentuk prabicara.
·
Bahaya
Emosi Yang Umum Pada Masa Bayi
-
Kurangnya
kasih sayang
-
Tekanan
-
Terlampau
banyak kasih sayang
-
Emosi
yang kuat
·
Bahaya
Sosial
Bahaya sosial yang utama adalah
kurangnya kesempatan dan motivasi untuk belajar menjadi sosial. Ini mendorong
lambatnya sifat-sifat egosentris berlangsung, yang merupakan ciri dari setiap
bayi, dan mengakibatkan perkembangan sikaf introvert. Kurangnya kesempatan
untuk kontak sosial dalam setiap usia akan mengganggu, terutama dari usia 6 minggu
sampai 6 bulan yang merupakan saat keritis dalam pengembangan sikap yang
mempengaruhi pola sosialisasi. Meskipun sikap sosial dapat dan memang berubah,
banyak individu yang membentuk sikap sosial yang kurang baik pada saat bayi
akan terus bersikap kurang sosial kalau besar nanti.
·
Bahaya
Bermain
Bermain pada
masa bayi merupakan bahaya potensial, baik secara fisik maupun psikologis.
Banyak mainan dapat menimbulkan goresan, memar atau menyebabkan bayi tercekik
karena ada bagian yang lepas. Bahaya psikologis yang utama adalah bahwa bayi
sangat bergantung pada mainan untuk memperoleh hiburan dan tidak belajar
bermain yang melibatkan interaksi dengan orang-orang lain. Televisi, yang
digunakan pengganti pengasuh, tidak mendorong anak untuk memainkan peran aktif
dalam bermain.
·
Bahaya
dalam Pengertian
Meskipun
pengertian merupakan tahap perkembangan yang masih sangat sederhana namun dapat
merupakan bahaya psikologis yang bahaya. Dalam perkembangan konsep, relatif
mudah untuk memperbaiki konsep yang salah tentang orang, benda atau situasi
dengan konsep yang benar. Tetapi, semua konsep mempunyai bobot emosi, dan
disinilah letak bahayanya. Kalau, misalnya, bayi belajar mengasosiasikan
kembang gula dengan perilaku yang baik dan menganggap sayur-sayuran sebagai
bentuk hukuman, bobot emosi dari konsep ini akan mengakibatkan suka atau tidak
terhadap jenis makanan.
·
Bahaya
Moralitas
Bahaya
psikologis yang serius untuk perkembangan moral di masa depan terjadi bila bayi
mendapatkan bahwa ia lebih banyak memperoleh perhatian kalau ia melakukan
sesuatu yang mengganggu atau melawan orang lain daripada kalau melakukan
tindakan yang lebih diterima.
·
Bahaya
Hubungan Keluarga pada Masa Bayi
-
Perpisahan
dengan Ibu
-
Gagal
mengembangkan perilaku akrab
-
Merosotnya
hubungan keluarga
-
Terlampau
melindungi
-
Latihan
yang tidak konsisten
-
Penganiayaan
anak
PERANAN PERAWAT
Ada beberapa peran perawat yang bisa dilakukan
pada keluarga dengan tahap perkembangan anak baru lahir :
- Memberikan bantuan kepada Ny.A bagaimana cara perawatan bayi termasuk imunisasi.
- Memberi pengetahuan kepada Ny.A tentang Perawatan payudara yang baik untuk memperlancar produksi ASI.
- Memberikan pelayanan Postnatal Care.
- Memberikan konseling tentang KB,dll
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Dalam tahap pengkajian, data
yang perlu diperoleh oleh perawat, yaitu data yang berhubungan dengan keluarga
dan anak.
·
Pengkajian
yang berhubungan dengan keluarga :
- Identitas
Ø Nama Kepala Keluarga : Bpk. F
Ø Jenis Kelamin / usia : Laki-laki/ 27 Tahun
Ø Pekerjaan :
Tani
Ø Pendidikan :
SMA
Ø Alamat :
Simpang Timbangan, Indralaya
Ø Komposisi Keluarga :
No.
|
Nama
|
JK
|
Hubungan Keluarga
|
Umur
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
|
1
|
Ny.A
|
P
|
Istri
|
25 th
|
SMA
|
Ibu RT
|
|
2
|
An.W
|
L
|
Anak
|
3 Bulan
|
-
|
-
|
Ø Tipe Keluarga : Keluarga ini adalam keluarga inti
Ø Suku Bangsa : Suku Ogan
Ø Agama :
Islam.
Ø Status Sosial Ekonomi : Pencari nafkah adalah Bpk. F dan Ny. A
hanya sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengurus rumah dan mengasuh
anak mereka yang baru lahir.
Ø Aktivitas Keluarga : Keluarga tidak pernah melakukan aktivitas
lain selain bekerja.
- Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Ø Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga
dengan anak baru lahir
Ø Tugas Perkembangan yang sudah dilakukan
·
Menjadi
orang tua yang baik
·
Mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
Ø Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Bpk. F termasuk Ny. A
dan An.W tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius.
Ø Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Keluarga Bpk. F tidak memiliki
masalah kesehatan yang cukup berarti.
- Lingkungan
Ø Karakteristik Rumah
Rumah Bpk. F terdiri dari satu
kamar mandi, dua kamar tidur, dan satu dapur serta satu ruang tamu. Lantai
rumah cukup bersih terbuat dari semen dan dinding terbuat dari papan serta batu
bata. Atap rumah terbuat dari seng dan belum mempunyai plapon sehingga terasa
panas. Halaman rumah tampak bersih. sumber air berasal dari sumur.
Ø Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Keluarga Bpk. F baru satu
setengah tahun tinggal di sana sehingga belum begitu mengenal tetangganya
tetapi Ny.A cukup baik dalam bersosialisasi dengan tetangganya.
Ø Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Bpk. F baru satu setengah tahun tinggal di sp.
Timbangan Indralaya, sebelum menikah mereka tinggal di rumah orang tua
masing-masing.
Ø Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan
Masyarakat
Keluarga Bpk.F tidak aktif
mengikuti kegiatan dalam masyarakat karena Bpk.F mempunyai kesibukan yang
banyak menyita waktunya dan perasaan lelah setelah pulang bekerja.
Ø Sistem Pendukung Keluarga
Ibu dari Bpk.F sekali-kali
mengunjungi dan mengasuh An.W.
- Struktur Keluarga
Ø Struktur Peran
Bpk. F adalah kepala keluarga
yang bekerja sebagai petani yang bekerja dari pagi sampai siang bahkan bisa
sampai sore. Ny. A adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang bertugas mengurus rumah
dan mengasuh anak mereka. Dalam menjalankan peran masing-masing anggota
keluarga tidak ada masalah.
Ø Nilai dan Norma Keluarga
Keluaraga Bpk.F menerapkan
aturan sesuai dengan ajaran agama islam karena keluarga ini mengajarkan kepada
anggota keluarga untuk membaca doa sebelum makan dan harus mencuci tangan
sebelum makan serta menjaga kebersihan anak bayi mereka.
Ø Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan
dalam keluarga Bpk.F adalah komunikasi terbuka setiap anggota keluarga bila ada
masalah maka Bpk. F dan Ny.A akan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Ø Struktur Kekuatan Keluarga
Pemegang keputusan pada keluarga
Bpk.F adalah Bpk.F. Namun, tetap saja berkomunikasi atau meminta pendapat
dengan Ny.A
- Fungsi Keluarga
Ø Fungsi Ekonomi
Bpk.F bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Keluarga Bpk.F juga memiliki tabungan untuk keperluan
anak sekolah dan keperluan mendadak.
Ø Fungsi Status Sosial
Keluarga Bpk.F adalah keluarga
biasa yang tidak mempunyai peran dalam kegiatan dan struktur organisasi yang
ada dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan mereka adalah keluarga baru dan juga
disebabkan oleh kesibukan pekerjaan dan mengasuh anak.
Ø Fungsi Pendidikan
Pendidikan Bpk.F dan Ny.A hanya
sebatas SMA namun.
Ø Fungsi Sosialisasi
Setiap anggota keluarga
memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anggota keluarga yang lain.
Tanggung jawab mengurus anak merupakan tanggung jawab bersama terutama oleh
Bpk.F dan Ny.A. ketika malam hari Bpk.F suka mengajak an.W bermain dan
mengobrol. Akan tetapi, Bpk.F dan Ny.A jarang bahkan mungkin tidak pernah
mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Ø Fungsi Pemenuhan (Perawatan/ Pemeliharaan)
Kesehatan
·
Mengenal
Masalah Kesehatan
Ny.A mengatakan apabila
Ny.A, Bpk.F, bayi mereka sakit mereka selalu membawa ke puskesmas atau ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat.
·
Kemampuan
Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Keluarga Bpk.F sudah mampu
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Ø Fungsi Religius
Keluarga Bpk.F menjalankan
sholat tetapi tidak 5 waktu. Keluarga Bpk.F tidak aktif mengikuti kegiatan
pengajian yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
Ø Fungsi Rekreasi
Keluarga Bpk.F tidak ada
jadwal atau rencana khusus untuk berekreasi karena keterbatasan masalah ekonomi
dan waktu, keluarga Bpk.F juga tidak terlalu senang untuk keluar rumah, mereka
lebih senang tinggal diam di rumah.
Ø Fungsi Reproduksi
Keluarga Bpk.F mempunyai 1
orang anak kandung yang masih berusia 1 bulan. Keluarga ini tidak mempunyai
masalah pada fungsi refroduksi.
Ø Fungsi Afeksi
Semua anggota keluarga
Bpk.F saling menyayangi satu sama lain, jika ada yang sakit atau mengalami
kesusahan maka anggota keluarga akan saling membantu.
- Stress dan Koping Keluarga
Ø Stres Jangka Pendek
Keluarga Bpk.F berharap An.W
dapat tumbuh sehat seperti anak lain yang seusia dengan An.W tersebut dan mereka
berharap juga agar anggota keluarga yang lain dapat sehat.
Ø Stres Jangka Panjang
Keluarga Bpk.F berharap agar
An.W nantinya dapat menjadi anak yang sehat serta dapat memenuhi dan melakukan
kebutuhan untuk dirinya sendiri tanpa melibatkan oarang lain.
Ø Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap
Stressor
Jika ada masalah keluarga maka
Bpk.F dan Ny.A selalu membahas masalah tersebut secara bersama-sama.
Ø Strategi Koping yang Digunakan
Bpk.F mengatakan jika ada
masalah Beliau selalu membahas bersama istrinya Ny.A sehingga masukan dari Ny.A
tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah.
Ø Strategi Adaptasi Disfungsional
Dari pengkajian tidak didapatkan
adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah secara maladaftif.
·
Pengkajian
yang berhubungan dengan Anak baru lahir
1.
Identitas Anak
Ø Nama : An.W
Ø Usia :
3 Bulan
Ø Jenis kelamin : Laki-laki
Ø Berat badan : 4500 gr
Ø Panjang Badan : 65 cm
DIAGNOSA KEPERAWTAN YANG MUNGKIN TIMBUL
1. Kecemasan keluarga Bpk.F berhubungan
dengan Perubahan peran menjadi orang tua pada Bpk.F dan Ny.A
2. Ketidakefektifan menyusui pada Ny.A
berhubungan dengan kurangnya produksi ASI pada Ny.A
3. Gangguan pola tidur pada keluarga Bpk.A
berhubungan dengan kehadiran anggota keluarga baru sehingga sering terbangun
pada malam hari.
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Ø Kecemasan keluarga Bpk.F berhubungan
dengan Perubahan peran menjadi orang tua pada Bpk.F dan Ny.A
|
Ø Anggota keluarga menunjukkan tinggkat
kecemasan yang minimal
Ø Dapat menjalankan peranan sebagai orang
tua dengan baik.
|
Ø Bicarakan tekhnik positif menjadi orang
tua.
Ø Berikan kepada keluarga tentang
informasi kebutuhan perkembangan dan perilaku problematik sesuai kelompok
usia
Ø Gali harapan orang tua kepada anak dan
bedakan antara yang realistis dengan yang tidak realistis.
|
Ø Ketidakefektifan menyusui pada Ny.A
berhubungan dengan kurangnya produksi ASI pada Ny.A
|
Ø Dapat menyusui secara efektif dengan
lancarnya produksi ASI pada Ny.A
|
Ø Ajarkan kepada Ny.A tekhnik perawatan
payudara.
Ø Anjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang adekuat.
Ø Anjurkan Ibu untuk minum banyak cairan.
|
Ø Gangguan pola tidur pada keluarga Bpk.A
berhubungan dengan kehadiran anggota keluarga baru sehingga sering terbangun
pada malam hari
|
Ø Keluarga Bpk. F dapat mengatur jadwal
aktivitas dalam mengurus an.W
|
Ø Anjurkan Ibu untuk istirahat ng cukup.
Ø Jelaskan pada keluarga penyebab gangguan
tidur dan kemungkinan cara untuk mengatasinya.
Ø Tetapkan bersama keluarga suatu jadwal
untuk program aktivitas selam 24 jam.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Perry and
Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan
praktik Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa,
Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica
Ester. Jakarta : EGC.
Suprajidno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga (Aplikasi dalam
Praktik). Jakarta
: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar