Kamis, 24 April 2014

-14- TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK PADA MASA PELEPASAN (DEWASA MUDA AWAL)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental maupun sosial yang ditandai dengan tidak adanya gangguan-gangguan atau simptom-simptom penyakit, seperti keluhan sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Friedman, 1998; Sarafino, 1994).
Menurut Duvall dan Logan ( 1986 ), Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Keluarga seperti pada individu , mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu. Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-masing termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat ke tahap berikutnya dengan sukses.
Pada keluarga yang mulai melepas anak sebagai dewasa biasanya akan timbul masalah-masalah baik fisik maupun psikososiospiritual. Contoh hal-hal yang akan menjadi beban tanggung jawab keluarga yang harus dihadapi dan diselesaikan adalah sbb. :
  1. Bagaimana karakteristik pasangan anaknya?
  2. Bagaimana hubungan anak terhadap orang tua dan mertua setelah menikah?
  3. Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari orang tua? Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana tinggalnya/frekuensi anak bertemu dengan orang tua?
  4. Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan anaknya?
  5. Bagaimana perasaan orang tua setelah anaknya menikah?
  6. Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak?
  7. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga yang dilaksanakan?
Dari masalah-masalah yang biasa timbul dalam keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) tersebut maka akan mempengaruhi status kesehatan individu-individu dalam keluarga tersebut. Oleh karena itulah pada keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) perlu diberikan asuhan keperawatan agar keluarga dapat melalui masa transisi dari tahap perkembangan manusia.
B.     TUJUAN
Tujuan diberikannya asuhan keperawatan kepada keluarga denagn anak dewasa awal (pelepasan) adalah sebagai berikut :
  • Tujuan Umum             :
Keluarga mampu melakukan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai dewasa) agar dapat menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga.
·         Tujuan Khusus            :
1.      Keluarga mampu memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.      Keluarga mampu mempertahankan keintiman pasangan.
3.      Anak mampu membantu orang tua memasuki masa tua.
4.      Orang tua mampu membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5.      Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      TINJAUAN TEORI
I. TAHAP PERKEMBANGAN DEWASA MUDA AWAL
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya.
Profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secarafisik (physically trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

PERKEMBANGAN FISIK DEWASA MUDA AWAL
I. Dewasa Muda sebagai Masa Transisi
  • Transisi Fisik
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
  • Transisi Intelektual
Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.
  • Transisi Peran Sosial
Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, yakni terpisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknya. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa meninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja. Namun demikian,ntak sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga, agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.

II. Aspek-aspek Perkembangan Fisik
Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi:
  • Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang merintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah hams rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
  • Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram (gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sediki seorang individu yang belum cocok dengan pekerja. Dan dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya dilakukan mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih pas-pasan, dengan alasan sulimya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan.
  • Motivasi
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal,  seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal.

III.  Kesehatan Dewasa Muda
  • Pengertian Kesehatan
Organisasi bangsa-bangsa yang mengurusi masalah kesehatan dunia (WHO), memberi definisi mengenai kesehatan. Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental maupun sosial yang ditandai dengan tidak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti keluhan sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998; Sarafino, 1994). Kondlsi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula. Ada beberapa perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan seseorang, di antaranya (1) makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak termasuk snack); (2) perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima sempuma; (3) melakukan aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan olahraga; (4) pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam; (5) membiasakan diri untuk tidak merokok; (6) membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan); (7) tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi {daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi). Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumn ya akan memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada individu yang tidak melakukannya.
  • Perilaku dan Status Kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni (1} health behavior; (2) illness behavior; (3) sick-role behavior .
  • Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya.
  • Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.
  • Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses penyembuhan dari rasa sakitnya.
IV. Perkembangan Kognitif Dewasa Muda Awal
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka beriomba dan bersaing dengan orang lain guna mem-buktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.

II.TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
*      Tahap perkembangan Keluarga dengan anak dewasa
Masa dewasa awal adalah periode antara remaja akhir dan pertengahan sampai akhir 30-an (Edelman and mandle, 1994). Sselama masa dewasa awal, individu semakin terpisah dari keluarga asal mereka, membangun tujuan karier dan memutuskan apakah akan menikah dan memulai sebuah keluarga atau tetap sendiri.
Masa dewasa awal dan tengah adalah periode yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Tantangan ini meliputi tuntutan kerja dan membentuk keluarga, meskipun orang dewasa juga dapat diberi penghargaan karena karier mereka dan kehidupan pribadi mereka. Orang dewasa juga menghadapi krisis seperti merawat orang tua yang telah lanjut usia, kemungkinan kehilangan pekerjaan dengan berubahnya lingkungan ekonomi dan kebutuhan perkembangan mereka sendiri.
Perkembangan kedewasaan mencakup perubahan yang teratur dalam karakter dan sikap. Perkembangan setiap orang, bagaimana pun, merupakan sebuah proses yang unik (Haberet, 1992). Perubahan itu dialami oleh dewasa awal termasuk proses alami maturasi dan sosialisasi.
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.  Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.

III. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka  segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaanya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua yang makin tua.
Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja sebelumnya. Havighrust (Turner dan Helms, 1995) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, diantaranya :
a)      Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
b)      Membina kehidupan rumah tangga
c)      Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
d)     Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
·         Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksua) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang syah.
·         Membina kehidupan rumah tangga
Dewasa awal yang telah bekerja, mereka mempersiapan dan membukuan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung agi dengan orang tua. Sikap yng mandiri ini merupakan langkah yang positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
·     Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Mereka bekerja keras dan bersaing untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan prestasi kerja yag baik akan memberikan kehidupan yang makmur sejhtera bagi keluarganya.
     -     Menjadi warga negara yang baik.
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki jalan, dan sebagainya).Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama, mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga.

Tugas perkembangan keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
Menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
1.      Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
Tugas perkembangan  berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain, terutama hubungan intim dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan ataupun kelebihan masing-masing individu yang dilanjutkan dengan berpacaran dan menikah
2.      Mempertahankan keintiman pasangan.
Dengan rumah yang telah kosong, orang tua memiliki waktu lebih banyak untuk mencurahkan perhatian pada kegiatan-kegiatan dan hubungan-hubungan lain, termasuk mempertahankan hubungan intim.
3.      Membantu orang tua memasuki masa tua.
Suami/istri diharapkan dapat membantu dan menyokong anggota keluarga yang lebih tua semaksimal mungkin. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk mulai mulai dari menelpon secara rutin hingga bantuan finansial, transportasi, dan mengunjungi serta merawat orang tua mereka dirumah.
4.      Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5.      Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga.
Menjadi orang tua yang mandiri dan tidak tergantung dengan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak dewasanya.

Tugas perkembangan masa dewasa awal  (19–29 tahun)
Menurut Havighurst,  tugas-tugas yang harus diselesaikan di setiap tahapan perkembangan.
·         Mencari dan memilih pasangan hidup
·         Belajar hidup bersama pasangan
·         Memulai sebuah keluarga
·         Merawat anak
·         Mengatur rumah tangga
·         Memulai jenjang karier/bekerja
·         Mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara (sipil)
·         Menemukan kelompok sosial yang sesuai

IV. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:
§  Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga
§  Nasehat untuk hidup mandiri
§  Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

V. MASALAH KESEHATAN
a.      Masalah Fisiologis
            Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993) 

1.    Faktor Risiko
            Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai berikut ;
Ø Kematian dan Cedera karena kekerasan
            Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.
Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu :
§  kemiskinan
§  keretakan keluarga
§  penganiayaan
§  pengabaian anak
            Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian psikososial secara keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku, riwayat penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat pekerjaan dan system pendukung sosial untuk mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan personal dan lingkungan.
Ø  Penyalahgunaan Zat
            Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas sehingga menyebabkan kematian.
            Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis di masa lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi, penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar peraturan untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods, 1992).

Ø Kehamilan yang tidak diinginkan
            Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi pada masa remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah ( Alan Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa. Kehamilan yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan. Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan pendidikan, karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya. Gangguan pada tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan orang tua-anak nantinya.
Ø Penyakit Menular Seksual (PMS)
            Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang yang aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-24 tahun (Killion,1994).
Ø Faktor Lingkungan dan Pekerjaan
            Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena  kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin pengkajian perawat.   

2.    Gaya hidup
Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.
Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah vaskular.
Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek latihan.
Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit periodontal.
Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir. Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya yang mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia 50-an mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena kegagalan deteksi dini.

3.      Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita atau pasangan.

B. PROSES KEPERAWATAN MASA DEWASA
I. PENGKAJIAN
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.
a.      Perkembangan Fisiologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun. Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas.
Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai penyakit.
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya.
Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum, yaitu:
-        Hobi dan Minat
-        Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan kafein, alcohol dan obat terlarang
-        Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan hewan peliharaan
-        Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan mental.

b.      Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah dan keterampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.   

c.       Perkembangan Psikososial
            Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang dewasa mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan  “krisi usia baya” ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
            Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada pengejaran pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk membuktikan status sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat melalui pilihan karier. Akan tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal menghadapi peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk mencapai dan mempertahankan status kelas-menengah. Konseling karier dan kepribadian dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan menentukan tujuan yang realistik.
            Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup dalam aspek pengembangan psikososial dewasa awal.
J  Stres Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
J  Stres Keluarga
Stresor keluarga dapat terjadi setiap waktu dalam kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga ada puncaknya, karena setiap orang dalam keluarga bekerja sama, dan sampai pada lembahnya, ketika setiap orang dalam keluarga memisahkan diri. Stresor situasi terjadi pada peristiwa seperti pertengkaran, kematian, penyakit, perkawinan dan kehilangan pekerjaan. Ketika seorang klien mencari perawatan kesehatan dan menunjukkan gejala terkait-stesor, perawat harus mengkaji terjadinya peristiwa perubahan kehidupan.
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat diprediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.


II. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Daftar masalah yang dapat digunakan sebagai berikut :
Masalah potensial :
·         Gangguan proses keluarga
·         Gangguan penampilan
·         Gangguan proses berpikir
·         Gangguanpemeliharaan kesehatan
·         Gangguan peyalahgunaan zat
·         Gangguan pola seksual
·         Konflik peran keluarga
·         Konflik pengambilan keputusan
·         Ketidakefektifan koping keluarga
·         Hambatan interaksi social
·         Ketidakberdayaan
·         Defisit pengetahuan
·         Defisit  perawatan diri
·         Perubahan kebutuhan nutrisi
Masalah risiko :
·         Risiko perubahan peran orang tua
·         Risiko penularan infeksi
·         Risiko kesepian
·         Risiko cedera
Masalah potensial :
·         Potensial berkembangnya koping keluarga
·         Potensial pemeliharaan kesehatan
Beberapa contoh diagnosa dan itervensi keperawatan keluarga kepada keluarga yang dapat digunakan sebagai berikut :
1.      Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier
Analisa data :
Data mayor :
·         pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima bantuan
·         penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
·         ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Data minor :
·         rasa khawatir, ansietas
·         melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
·         ketidaefektifan partisipasi social
·         ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
·         perubahan pola komunikasi yang biasa
Intervensi
·         kaji status koping individu saat ini
ü  kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
ü  dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata, intonasi, dan intensitas suara
·         berikan dukungan jika individu berbicara
ü  tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit
ü  jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member harapan pandangan realistis
·         dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
ü  apa hal tersebut berguna bagi anda ?
ü  bagaimana hal tersebut dapat membantu ?
·         bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
ü  apa yang menjadi masalah
ü  siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut
ü  apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
·         bicarakan alternative yang mungin timbul ( misalnya membicarakan dengan orang terdekat )
·         berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan stress ( misalnya jogging, yoga )

2.   Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga (misalnya pernikahan )

analisa data :  
data mayor :
·         tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga
data minor :
·         tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua anggota keluarga
·         tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka
intervensi :
·         bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut
·         dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota keluarga
·         bantukeluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
·         bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit
data mayor
·         melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet tinggi lemak )
data minor :
·         melaporkan atau memperlihatkan
ü  system pernapasan ( sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat aktivitas )
ü  rongga mulut ( sering sariawan, ompong pada usia dini )
ü  system pencernaan dan nutrisi ( obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia kronis )
ü  system musculoskeletal ( otot sering tegang, sakit punggung, nyeri leher )
ü  konstitusional ( keletihan kronis, malaise, apatis )
ü  neurosensori ( sakit kepala,adanya kerutan pada wajah )
ü  psikoemosional ( emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa sanga kacau)
intervensi :
·         kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
ü  diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam, tinggi karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi, air 2-3 liter sehari)
ü  control berat badan
ü  hindari penyalahguanaan zat ( misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau )
ü  hindari penyakit hubungan seksual
ü  hygiene gigi/mulut ( misalnya setiap hari, dokter gigi)
ü  imunisasi
ü  pola olahraga teratur
ü  penatalaksanaan stress
ü  bimbingan gaya hidup ( misalnya seks aman, keluarga berencana, ketermpilan menjadi orangtua, perencana keuangan )
·         ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
·         tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit
·         kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi asuhan, keuangan, peralatan)

4.      konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam system pendukung
data mayor :
·         mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi alternative tindakan yang diinginkan
·         kebimbangan tentang alternative pilihan
·         menunda pengambilan keputusan
data minor
·         mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan
·         berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan (peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan menjadi focus perhatian
·         mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan suatu pengambilan keputusan
intervensi :
·         jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian dan perhatian
·         fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
ü  bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat
ü  galiapa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan
ü  bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative
ü  bantu individu untuk menghadapi ketakutan
ü  benahi kesalahan informasi
ü  bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada ancaman potensial atau actual terhadap nilai-nilai atau keyakinan
ü  beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan
·         beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan
·         dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya dan menjadi haknya untuk melakukan itu
·         libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan

5.      risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi dari rumah)
data mayor :
·         pengungkapan rasa kesepian  karena telah melepaskan anak yang  menikah
·         ingin mencari suasana yang lebih ramai
data minor :
·         cemas, gelisah
·         sedih
·         sering merenung
intervensi :
·         identifikasi factor penyebab dan penunjang
·         beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
·         tingkatkan interksi social
ü  kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
ü  rujuk pada penyuluhan keterampilan social
ü  tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri pada orang lain
·         kurangi hambatan kontak sosial
ü  tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas ( umum, yang berubngan dengan ibadah )
ü  identifikasi aktivitas yang membantu mempertahankan individu tetap sibuk, terytama dalam periode risiko tinggi kesepian


BAB III 
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu. Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-masing termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat ke tahap berikutnya dengan sukses. Dengan asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan telah membantu keluarga dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan lancar sesuai dengan tahap perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai dewasa) sehingga dapat menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik  Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC.
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan II: konsep, proses, dan praktik  Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta
Suprayitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. EGC : Jakarta

0 komentar: